Virus korona COVID-19 telah diklasifikasikan sebagai penyakit yang parah dan kritis. Tingkat kematiannya saat ini mencapai angka lebih dari 2 persen. Sudah ada lebih dari 90 ribu kasus terkonfirmasi di seluruh dunia dan lebih dari 3 ribu korban meninggal.
Dilansir dari laman Telegraph, Selasa (3/3/2020) ilmuwan percaya bahwa COVID-19 dapat menjadi penyakit musiman seperti virus korona jenis lainnya yang telah menyebabkan gejala flu. Jika benar, virus diprediksi muncul dan meningkat pada musim dingin dan berkurang di musim panas.
Untuk diketahui penyakit musiman artinya hanya terjadi ketika musimnya saja. Seperti flu yang biasanya menyerang orang saat musim hujan atau musim dingin. Flu juga mudah menyebar dengan sentuhan fisik.
“Ketika melihat anggota keluarga virus korona lainnya, itu merupakan virus yang menyerang pernapasan dan kami sudah mengetahuinya selama 50 tahun terakhir, itu merupakan virus musiman,” kata Ahli Virus dari Queen Mary University of London, Profesor John Oxford, seperti dilansir dari laman Telegraph, Selasa (3/3/2020).
Menurut Oxford virus korona, virus yang juga menyebabkan COVID-19 itu seperti flu biasa. Karakteristiknya sama seperti virus yang ditemukan pada 50 tahun terakhir dan menjadi virus musiman. Oxford menambahkan, ketika COVID-19 dapat menjadi penyakit musiman, korban yang sembuh akan semakin banyak.
“Harapan saya adalah bahwa virus ini akan musiman dan bahwa musim semi dan musim panas yang akan datang dapat membantu kita dalam pertempuran melawan virus dan mungkin memiliki efek yang sangat signifikan,” katanya.
Menurutnya kebiasaan yang berbeda yang dilakukan pada musim semi akan membuat virus kurang dapat ditranmisikan. Menurut laporan National Geographic, virus korona yang menyebabkan COVID-19 terdiri dari kumpulan protein dan lipid. Mereka dapat berpindah dari manusia ke manusia lain melalui kontak fisik.
Virus bisa bersarang pada permukaan yang keras misalnya gagang pintu yang terkena virus serta dapat berasal dari cairan batuk orang yang terinfeksi. Begitu berada di luar tubuh manusia, kekuatan eksternal akan menyebabkan virus memburuk.
Alkohol dalam pembersih tangan, misalnya, memecah protein dan lipid ini, membuat virus kurang stabil dan kurang berhasil menyebabkan infeksi.