Wisata Lendir – Pramunikmat di Gang Sadar 17+ Part 1

Tempat prostitusi sudah menjadi suatu hal yang pasti ada di tempat – tempat tertentu. Salah satunya di batu raden, purwokerto.

Mohon dibaca sampai part terakhir!

Langkah kakiku terhenti didepan sebuah lorong sempit di bilangan lokawisata Batu Raden, Purwokerto. Seorang pria paruh baya dengan kupluk kusam menyambut kami dengan sebilah senyum. Aku membalas senyum hangatnya sambil meneropong ke arah lorong sempit itu.

“Mau cari “teman” Mas?” tanya pria itu sambil melirik ke sekeliling jalan.

“Lihat-lihat dulu Pak” jawabku santai.

Aku menelusuri lorong gelap itu bersama dua orang teman. Lorong gelap dan sempit, mungkin lebarnya hanya sekitar satu meter. Mereka menamakan lorong itu, Gang Sadar.

Sekitar lima puluh meter dari pintu lorong, ada sebuah pos keamanan. Seorang lelaki tua yang menggunakan topi hansip dengan kemeja lusuh memperhatikan gerak-gerik kami. Kami berusaha tetap tenang, sambil memasukkan beberapa lembar ribuan kedalam kotak yang bertuliskan “keamanan RT xxx”.

Semakin dalam kami memasuki lorong, semakin terdengar suara aneh di sekitar. Suara desahan panjang menjadi musik pengiring melintasi lorong becek ini. Lalu, kami berpapasan dengan seorang wanita muda yang sedang melingkarkan tangannya kepada seorang pria. Wanita itu tampak mendekatkan tubuhnya kepada pria yang berumuran sekitar dua puluhan itu. Aku diam-diam sekilas mendengarkan percakapan mereka.

“Mau dimana, Mas?” tanya wanita itu genit.

“Nanti aku cari, sabar ya.” jawabnya.

Kami terus berjalan semakin dalam. Lorong gelap mulai berubah menjadi terang dengan lampu yang berwarna-warni. Beberapa rumah dengan warna yang mencolok tampak ramai. Pintunya terbuka lebar, seolah mengundang para pengunjung untuk masuk.

Dibalik pintu, beberapa orang wanita berpakaian ketat dengan celana hot pants melirik kami dengan tatapan nakal. Aku membalas tatapan mereka dengan senyuman. Ya, aku tahu apa yang mereka kerjakan.

Aku bergerak ke arah mereka, meninggalkan kedua temanku yang sedang asyik mengobrol dengan si kupluk tua. Aku memperhatikan kondisi sekitar. Tiba-tiba dari balik pintu, seseorang menegurku dengan suara lembutnya.

“Mau ditemani, Mas?” tegur seorang wanita sambil tersenyum.